Jumat, 05 Januari 2018

Gaya Bahasa (Majas)




GAYA BAHASA (MAJAS)

                  Apabila kita bandingkan suatu karangan yang bersifat sastra dengan karangan yang biasa, maka akan nampak perbedaan bentuk pengungkapannya.
Membaca karangan yang bersifat sastra akan terasa adanya suasana yang hidup, berjiwa dan estetis. Salah satu sarana untuk mengungkapkan suasana itu ialah pemakaian Gaya Bahasa (Majas).
                  Gaya bahasa / Majas adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud yang sesuai dengan buah pikiran dan perasaan yang terkandung dalam karya itu.
                  Pada dasarnya, gaya bahasa/ majas di bagi atas 4 bagian, yaitu :
1.      Majas Perbandingan
2.      Majas Penegasan
3.      Majas Pertentangan
4.      Majas Sindiran

1.   Majas Perbandingan
      Di bagi atas 15 macam, yaitu :
  1. Majas Metafora adalah gaya bahasa perbandingan dengan memperbandingkan suatu  benda dengan benda yang lain karena mempunyai sifat yang sama atau hamper sama.
Contoh:   Raja siang telah pergi ke peraduannya. (= matahari)
               Dewi malam telah keluar dari balik awan. (= bulan)
               Kupu-kupu malam itu sudah berterbangan di taman Maluku. (= pelacur)
               Pemerintah sedang memberantas setan jalanan. (= pengebut/
               Pengendara ugal-ugalan)

  1. Majas Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan benda mati atau tidak dapat bergerak seolah-olah bernyawa dan dapat berperilaku seperti manusia.
Contoh:   Gerimis menangis di tengah malam.
               Bulan tersenyum melihat dua insane yang sedang dimabuk cinta.
               Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak boleh dilakukannya.
               Pagi itu pucuk-pucuk teh menggeliat ditimpa cahaya mentari.

  1. Majas Asosiasi (Simile) adalah gaya bahasa perbandingan dengan memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan/ gambaran dan sifatnya.
Contoh :  Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
               Semangatnya keras bagai baja.

  1. Majas Alegori adalah gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan utuh; perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh :  Mendayung bahtera hidup.
               Mendayung merupakan perbandingan yang utuh dan menyeluruh bagi
               Seseorang dalam rumah tangga.
               Bahtera merupakan perbandingan dari rumah tangga, sedang pengemudi
               Dan awaknya merupakan perbandingan dari suami-istri.

  1. Majas Parabel adalah gaya bahasa perbandingan dengan mempergunakan perumpamaan dalam hidup. Gaya bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan. Dengan halus tersimpul berupa pedoman hidup.
Contoh :  Bhagawat Gita, Mahabharata, Bayan Budiman  mengandung gaya
               Bahasa ini.



  1. Majas Tropen adalah gaya bahasa perbandingan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan.
Contoh :  Ia mengubur dirinya saja, lalu tiada terdengan lagi suaranya.
               Kemarin dia terbang menuju Timor-Timur.
               Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak istrinya.

  1. Majas Metonomia adalah gaya bahasa perbandingan yang mengemukakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh :  Ia naik Vario setiap hari ke kantornya. (maksudnya naik motor merk
               Vario, bukan Shogun, Vega dll).
               Kemarin ia memakai Civik. (maksudnya mobil  civik)

  1. Majas Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keadaan sesuatu dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh :  Datanglah ke gubuk orang tuaku.
               Terimalah bingkisan yang tak berharga ini.
               Perjuangan kami hanya setitik air dalam samudra luas.

  1. Majas Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang mengganti satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama artinya dengan maksud untuk menghindarkan pantang atau sopan santun.
Contoh :  Rupanya anak Saudara kurang pandai, sehingga tidak naik tahun ini. (=bodoh)
               Orang itu sudah berubah akal. (=gila)
               Datuk itu sudah berlalu ke hutan. (=harimau)

  1. Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang dipakai jika seseorang hendak melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan daripada sesungguhnya.
Contoh :  Hatiku terbakar, darahku terasa mendidih, mendengar berita itu.
               Tangisnya menyayat hati  orang lain.

  1. Majas Alusio adalah gaya bahasa perbandingan dengan mempergunakan ungkapan atau peribahasa yang sudah lazim dipergunakan orang.
Contoh :  Dari tadi engkau menggantang asap saja, apa hasilnya?
               Kakek itu tua-tua keladi, sudah tua makin menjadi.
               Bergaul dengannya cukup makan hati.

  1. Majas Antonomasia adalah gaya bahasa perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang tersebut.
Contoh :  Si pincang itu kini telah tiada.

  1. Majas Prifrase adalah gaya bahasa perbandingan dengan mengganti sebuah kata dengan beberapa kata atau sebuah kalimat.
Contoh :  Kami baru sampai ke tempat itu sore hari; menjadi
               Kami baqru sampai ke tempat itu Ketika matahari akan tenggelam di
               ufuk barat.   

  1. Majas Simetri adalah gaya bahasa yang menyatakan kalimat dengan kalimat yang lain tetapi isinya sebanding.
Contoh :  Anak itu dididik. Anak itu dituntun dan diajari ke arah kebaikan.






15. Majas Sinekdoke  adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk keseluruhan atau menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
      Sinekdok terbagi lagi menjadi  dua, yaitu : Pars pro toto dan totem pro parte)
a.   Pars pro toto adalah gaya bahasa yang melukiskan sebagian untuk seluruh tanggapan.
Contoh :  Berapa kepala yang hadir hari ini?
               Sejak tadi dia tidak kelihatan batang hidungnya.
  1. Totem pro parte adalah gaya bahasa yang melukiskan keseluruhan taggapan untuk sebagian.
Contoh :  Indonesia keluar sebagai juara umum dalam Asean Games.
               SMPN 1 Bayongbong juara 1 lomba baris berbaris.
               Polisi-polisi Komtabes menangkap pencuri itu

2.   MAJAS PENEGASAN
      Terbagi atas :

1.      Majas Pleonasme adalah  gaya bahasa penegasan yang mempergunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkannya.
Contoh :  Ia tidak naik ke atas.
               Salju putih sudah mulai turun.
               Ibu Lilis turun ke bawah. ( ke bawah sebenarnya tidak perlu dipakai, karena
               turun pasti ke bawah).
               Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri (melihat pasti dengan mata; mata
               kepala tentu saja dipakai melihat, bukan mata kaki).

2.      Majas Repetisi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang sepatah kata berkali-kali dalam kalimat yang lain dan biasanya dipergunakan oleh ahli pidato.
Contoh :  Cinta adalah keindahan. Cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah
               pengorbanan.
               Kita telah bebas. Kita telah bebas dari segala belenggu yang mengikat
               kemerdekaan kita.

3.      Majas Paralelisme adalah gaya bahasa yang dipakai dalam puisi dengan mengulang kata-kata. Paralelisme dibagi atas 2, yaitu : Anapora dan Epipora
1)   Anapora adalah gaya bahasa yang menempatkan kata atau kelompok kata
      (frase) yang sama di depan tiap-tiap larik dalam puisi secara berulang-ulang.
      Contoh :  Kalau ‘lah diam malam yang kelam
                     Kalau ‘lah tenang sawang yang lapang
                     Kalau ‘lah lelap orang di lawang
2)      Epifora adalah gaya bahasa yang menempatkan kata atau kelompok kata
(frase yang sama pada akhir larik dalaam puisi secara berulang-ulang).
Contoh :  Kalau kau mau, aku akan dating
               Jika kau kehendaaki, aku akan dating
               Bila kau minta, aku akan dating

4.      Majas Tautologi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Contoh :  Disuruhnya aku bersabar, bersabar,dan sekali lagi bersaabar, tetapi kini
               Aku tak tahan lagi.
               Segala-galanya serba berubah, serba  bergerak, serba tumbuh dan mati.

5.      Majas Klimaks adalah gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut makin lama makin memuncak
Contoh :  Sejak menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku sendiri yang
                           mengerjakannya.

6.      Majas Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang bertentangan dengan gaya bahasa antiklimaks. Pada antiklimaks makna yang terkandung dalam kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah (menurun) tingkatannya.
Contoh :  Jangankan seribu,atau seratus, serupiah pun tak ada.
               Dari para pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan rasa
               kebersamaan itu.
              
  1. Majas Retoris adalah gaya bahasa penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh :  Mana mungkin orang mati hidup kembali?
               Siapakah yang melarangmu berbuat bijak?
               O, Tuhan. Apakah salahku hingga aku miskin begini?

8.   Majas Koreksio adalah gaya bahasa penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata-kata yang salah atau sengaja salah diucapkan sebelumnya.

9.   Inversi adalah majas yang dipergunakan bila predikat kalimat hendak lebih dipentingkan dari pada subyeknya, lalu di tepatkan didepan subyek.
Contoh: Besar sekali gajinya

10.  Asindeton adalah majas yang digunakan untuk menyebutkan beberapa hal, keadaan atau benda secara berturut-turut tanpa mempergunakan kata penghubung.
Contoh: kain, barang pecah belah, mainan anak-anak semua ada di jual toko itu.

11.  Polisindeton adalah majas yang banyak menggunakan kata penghubung dalam sebuah kalimat.
Contoh: Setelah pekerjaannya selesai, maka berkemas-kemaslah dia kan pulang karena hari sudah mulai gelap.

12.  Interupsi adalah majas yang mempergunakan sisipan (kata/frase) ditengah-tengah kalimat pokok, dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu dalam kalimat tersebut.
Contoh: Tiba-tiba ia – suami itu – direbut oleh perempuan lain.


13.  Ekslamasio adalah majas penegasan dengan menggunakan kata-kata seru.
Contoh: aduhai, hidup. Nikmat nian rasanya “kau hidup”

  1. Praterito dalam majas ini pengarang seolah-olah menyembinyikan sesuatu dan pembaca dibiarkan mengungkapkan sendiri apa yang tidak disebutkan.
Contoh :  Tentang ramainya pasar malam itu, tak usahlah kuceritakan. Biar Engkau sendiri menyaksikannya.

3. Majas Pertentangan

Dibagi menjadi 4 jenis, diantaranya:
1)   Paradok dalam majas ini terlihat seolah olah ada pertentangan, tetapi bila diteliti ternyata tidak karena objek yang dikemukakan berlainan.
Contoh: Dia kaya, tetapi miskin.  (maksudnya, kaya harta tetapi miskin ilmu).

2)   Antitesis adalah majas pertentangan yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti
Contoh : Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir dalam keramaian itu.






3)   Kontradiksio Interminis, majas ini memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah dikatakan semula.
Contoh: Semua sudah hadir, kecuali si Amir.

4)   Anekhronisme, majas ini menunjukkan bahwa dalam uraian ada sesuatu yang tidak sesuai dengan sejarah. Sesuatu yang disebutkan dalam cerita itu belum ada pada masa itu.
Contoh. Pengarang dalam karangannya menyebutkan bahwa dalam PD.I dilikuskannya ada helikopter, maka hal itu bertentangan dengan kenyataan sebenarnya sebab ketika itu belum ada helikopter.



4. Majas Sindiran

Dibagi menjadi 3 jenis majas, diantaranya:
1.    Ironi adalah majas yang menyindir sesuatu dengan mengatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya
Contoh: Apakah tidak kurang garamnya sayur ini? (komentar untuk sayur yang rasanya terlalu asin)

2.    Sinisme adalah majas sindiran dengan menggunakan kata-kata yang lebih kasar dari ironi
Contoh: Muntah aku melihat peringaimu yang tak juga pernah berubah ini!

3.    Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh: “Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar